Jumat, 13 September 2013

Jokowi Jangan GR dan Mabuk Disanjung Orang!



JAKARTA, PESATNEWS – Pengamat Institut Ekonomi Politik Soekarno-Hatta (IEPSH) M Hatta Taliwang mengakui, ada kemajuan nyata yang dicapai Joko Widodo (Jokowi) sebagai Gubernur DKI Jakarta, tapi belum optimal. Ia mengingatkan, Jokowi harus tetap konsentrasi untuk mejauan Ibukota, jangan “Ge-er” (gede rumongso) atau merasa “sundul langit” (besar kepala) atas sanjungan berita di media bahwa dia capres tertinggi elektabilitasnya.


“Kalau  murni Jokowi itu pemimpin tulus ikhlas maka beliau tidak boleh GR atau mabuk kepayang disanjung orang dan media,” tutur Hatta Taliwang melalui pesanBlackBerry Massenger (BBM)-nya kepada pesatnews.com, Jumat (13/9/2013).
“Kalau betul Jokowi pemimpin yang tulus dan rendah hati, beliau harus ikhlas terima dan kerjakan mandat rakyat untuk bekerja lima tahun di Jakarta tanpa tergoda segala macam hasil survey dan lain-lain sehingga rakyat tidak menilainya kemaruk kekuasaan,” tandas Mantan Anggota Frakisi Reformasi DPR RI ini.



Hatta Taliwang menilai, siapa pun Presiden ke depan tak akan mampu membenahi Indonesia, selama sistemnya amburadul. “Jokowi konsentrasi dulu di Jakarta. Biar rezim, sistem dan pemimpin  abal-abal semua berlalu dengan caranya sendiri. Jangan kawatir ketinggalan kereta!” tutur Koordinator Group Diskusi Angkatan 77/78 ini.


Menurutnya, kalau betul Jokowi itu pemimpin rendah hati dan tahu diri maka harus dengan jujur mau belajar menghadapi tantangan nyata di Jakarta seperti : mengatasi masalah macet, banjir dan lain-lain, demi memperkaya pengalaman tempur sebagai pemimpin sehingga kelak kokoh menjadi pemimpin nasional. Jangan terkesan akan lari dari tantangan dan masalah. Karena kalau Anda sukses di Jakarta, kami semua akan rela jadi timses Anda ke depan untuk jd Presiden sekalipun!” seru Hatta. 


Bagaimana Nasib Mobil Esemka?
Hatta Taliwang yang juga Anggota Gerakan Indonesia Bersih (GIB) yang diketuai Adhie Massardi, mengingatkan apabila betul Jokowi sungguh-sungguh tempo hari berjuang untuk punya mobil nasional (Mobnas Esemka, red) minimal di Pemda, maka Jokowi harus lebih transparan bicara di publik apa sebabnya gagal. 



“Kita kan sudah dari dulu  tahu bahwa ada mafia industri otomotif yang tidak rela melihat Indonesia punya industri otomotif. Mengapa Jokowi tempo hari nekad menempuh jalur itu untuk melawan kemapanan mafia otomotif? Maka orang bertanya apakah mobil Esemka itu cuma alat  untuk populer dan setelah itu dicampakkan karena maksud utama (jadi Guber nur sudah tercapai?) Siapakah dalang di balik permainan citra ini dan sampai sekarang terus bermain citra?” ujarnya mempertanyakan. (pesat.com/arief)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar